Hidangan Mata

Keterangan: Silahkan ganti tulisan berwarna merah dengan Url alamat blog anda. Pengaturan di atas berfungsi layaknya widget Recent Posts. Jika ingin menampilkan artikel-artikel berdasarkan label tertentu, anda bisa ganti kode false (ditandai warna hijau) dengan label (kategori) pilihan di blog anda. Contoh: tagName:"Kesehatan" 10000 (warna biru) untuk kecepatan pergerakan slider. Anda bisa merubahnya agar lebih cepat atau lebih lambat. Misal ganti menjadi 8000 agar lebih cepat atau 12000 agar lebih lambat, dst. 5. Jika sudah diatur semuanya, silahkan simpan dan lihat hasilnya. Kalau anda menghendaki agar tampilan slider ini hanya muncul di tampilan beranda (home) blog saja, silahkan baca postingan saya berikut ini: Cara Menyembunyikan atau Memunculkan Widget Hanya pada Tampilan Beranda Blog. Demikian. Semoga bermanfaat. Labels: Blogging Thanks for reading Cara Mudah Membuat Slider (Slide Show) Keren di Blog, Cukup Satu Langkah. Please share...!

Saturday 20 August 2016

Anakku, Anakmu, Anak Mereka Sebagai Generasi Emas Bangsamu

KISAH INSPIRATIF  - MUHAASABAH
============================= 🇮🇩⭐
Di suatu Sekolah Dasar, ada seorang Guru yang selalu tulus mengajar dan selalu berusaha dengan  sungguh-sungguh membuat suasana kelas yang baik untuk Murid-Muridnya.


Ketika Guru itu menjadi Wali Kelas 5, seorang anak–salah satu Murid di kelasnya– selalu berpakaian kotor dan acak-acakan. Anak ini malas, sering terlambat dan selalu mengantuk di kelas. Ketika semua Murid yang lain mengacungkan tangan untuk menjawab kuis atau mengeluarkan pendapat, anak ini tak pernah sekalipun mengacungkan tangannya.

Guru itu mencoba berusaha, tapi ternyata tak pernah bisa menyukai Anak ini, dan entah sejak kapan, Guru itu pun menjadi benci dan antipati terhadap anak ini. Di Raport Tengah Semester, Guru itu pun menulis apa adanya mengenai keburukan Anak ini.

Suatu hari, tanpa disengaja, Guru itu melihat Catatan Raport Anak ini pada saat kelas 1. Di sana tertulis: “Ceria, menyukai teman-temannya, ramah, bisa mengikuti pelajaran dengan baik, masa depannya penuh harapan".

“... Ini pasti salah, ini pasti catatan raport anak lain….,” pikir Guru itu sambil melanjutkan melihat catatan berikutnya Raport Anak ini.

Di catatan raport kelas 2 tertulis, “Kadang-kadang terlambat karena harus merawat Ibunya yang sakit-sakitan,”

Di kelas 3 semester awal, “Sakit ibunya nampaknya semakin parah, mungkin terlalu letih merawat, jadi sering mengantuk di kelas".

Di kelas 3 semester akhir, “Ibunya meninggal, anak ini sangat sedih terpukul dan kehilangan harapan".

Di catatan raport kelas 4 tertulis, “Ayahnya seperti kehilangan semangat hidup, kadang-kadang melakukan tindakan kekerasan kepada anak ini".

Terhentak Guru itu oleh rasa pilu yang tiba-tiba menyesakkan dada, dan tanpa disadari diapun meneteskan air mata, dia mencap memberi label Anak ini sebagai pemalas, padahal Si Anak tengah berjuang bertahan dari duka nestapa yang begitu dalam …
Terbukalah mata dan hati Guru itu. Selesai jam sekolah, Guru itu menyapa Si Anak:
“Bu Guru kerja sampai sore di sekolah, bagaimana kalau kamu juga belajar mengejar ketinggalan, jikalau ada yang gak ngerti nanti Ibu ajarin,”

Untuk pertama kalinya Si Snak memberikan senyum di wajahnya.

Sejak saat itu, Si Anak belajar dengan sungguh-sungguh, prepare dan review dia lakukan di bangkunya di kelasnya.

Guru itu merasakan kebahagian yang tak terkira ketika Si Anak untuk pertama kalinya mengacungkan tangannya di kelas. Kepercayaan diri Si Anak kini mulai tumbuh lagi.

Di Kelas 6, Guru itu tidak menjadi Wali Kelas Si Anak.

Ketika kelulusan tiba, Guru itu mendapat selembar kartu dari Si Anak, di sana tertulis. “Bu Guru baik sekali seperti Bunda, Bu Guru adalah Guru terbaik yang pernah Aku temui".

Enam tahun kemudian, kembali Guru itu mendapat sebuah Kartu Pos dari Si Anak. Di sana tertulis, “Besok hari kelulusan SMA, Saya sangat bahagia mendapat Wali Kelas seperti Bu Guru waktu kelas 5 SD. Karena Bu Gurulah, Saya bisa kembali belajar dan bersyukur Saya mendapat beasiswa sekarang untuk melanjutkan sekolah ke Kedokteran.”

Sepuluh tahun berlalu, kembali Guru itu mendapatkan sebuah Kartu Pos.  Di sana tertulis, “Saya menjadi Dokter yang mengerti rasa Syukur dan mengerti rasa Sakit. Saya mengerti rasa Syukur karena bertemu dengan Ibu Guru dan Saya mengerti rasa sakit karena Saya pernah dipukul Ayah".

Kartu Pos itu diakhiri dengan kalimat, “Saya selalu ingat Ibu Guru Saya waktu kelas 5. Bu Guru seperti dikirim Tuhan untuk menyelamatkan Saya ketika saya sedang jatuh waktu itu. Saya sekarang sudah dewasa dan bersyukur bisa sampai menjadi seorang Dokter. Tetapi Guru terbaik Saya adalah Guru Wali Kelas ketika Saya kelas 5 SD".

Setahun kemudian, Kartu Pos yang datang adalah Surat Undangan, di sana tertulis satu baris,

“Mohon duduk di kursi Bunda di Pernikahan Saya".

Gurupun tak kuasa menahan tangis haru dan bahagia.

Jikalau hati Bapak & Ibu bergetar membaca Cerita ini, boleh Bapak & Ibu share ke Semua Orang terutama kepada Guru/Pendidik/Ustaadz/Ustaadzah ....

karena keichlasan mampu menggetarkan Dunia......termasuk juga keichlasan untuk meng-share hal-hal kebajikan.

Semoga ALLOOH SWT melipatgandakan keichlasan para Bapak dan Ibu terutama Guru di dalam membangun Generasi Penerus Negeri ini .... yang SHIDDIIQ, AMANAH, FATHONAH, TABLIIGH .... 🖕😎🖐✊👏👍🇮🇩⭐

 Semoga bermanfaat.

 AAMIIIIIIN YAA ROBBAL 'AALAMIIIIIIN ... 3x ⭐⭐⭐⭐⭐

0 Comments:

Post a Comment