يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".
Lalu marilah Kita laksanakan Firman ALLOOH SWT dalam Surat Ath Thuur Ayat 21 s.d. 28 berikut :
{وَالَّذِينَ 
آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ 
ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ 
بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (21) وَأَمْدَدْنَاهُمْ بِفَاكِهَةٍ وَلَحْمٍ مِمَّا 
يَشْتَهُونَ (22) يَتَنَازَعُونَ فِيهَا كَأْسًا لَا لَغْوٌ فِيهَا وَلا تَأْثِيمٌ 
(23) وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ غِلْمَانٌ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ لُؤْلُؤٌ مَكْنُونٌ (24) 
وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (25) قَالُوا إِنَّا كُنَّا 
قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26) فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا 
عَذَابَ السَّمُومِ (27) إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ 
الْبَرُّ الرَّحِيمُ (28) }
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu 
mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka, dan 
Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia 
terikat dengan apa yang dikerjakannya. Dan Kami beri mereka tambahan dengan 
buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. Di dalam surga 
mereka saling memperebutkan piala (gelas) 
yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan 
tiada pula perbuatan dosa. Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda 
untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan. 
Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya. Mereka 
berkata, "Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami 
merasa takut (akan diazab).” Maka Allah memberikan karunia kepada kami 
dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. 
Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha 
Penyayang.
Selanjutnya marilah Kita kaji bersama sebagaimana ytang sudah dibahas oleh Para Pakarnya terutama PAKAR TAFSIR AL QUR'AANUL KARIIM di masa silam.
Tafsir Surat Ath-Thur, ayat 21-28
{وَالَّذِينَ 
آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ 
ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ 
بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (21) وَأَمْدَدْنَاهُمْ بِفَاكِهَةٍ وَلَحْمٍ مِمَّا 
يَشْتَهُونَ (22) يَتَنَازَعُونَ فِيهَا كَأْسًا لَا لَغْوٌ فِيهَا وَلا تَأْثِيمٌ 
(23) وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ غِلْمَانٌ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ لُؤْلُؤٌ مَكْنُونٌ (24) 
وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (25) قَالُوا إِنَّا كُنَّا 
قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26) فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا 
عَذَابَ السَّمُومِ (27) إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ 
الْبَرُّ الرَّحِيمُ (28) }
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu 
mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka, dan 
Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia 
terikat dengan apa yang dikerjakannya. Dan Kami beri mereka tambahan dengan 
buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. Di dalam surga 
mereka saling memperebutkan piala (gelas) 
yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan 
tiada pula perbuatan dosa. Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda 
untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan. 
Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya. Mereka 
berkata, "Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami 
merasa takut (akan diazab).” Maka Allah memberikan karunia kepada kami 
dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. 
Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha 
Penyayang.
Ayat di atas menceritakan tentang karunia dan pemberian-Nya kepada makhluk-Nya, 
juga kebaikan-Nya, bahwasanyaorang-orang mukmin itu apabila anak cucu mereka 
mengikuti mereka dalam hal keimanan, maka anak cucu mereka itu akan diikutkan 
kepada mereka dalam kedudukan yang sama, sekalipun anak cucu mereka masih belum 
mencapai tingkatan amal mereka. Demikian itu agar hati dan pandangan para ayah 
merasa sejuk dengan berkumpulnya mereka bersama anak-anak mereka, sehingga 
mereka dapat bergabung bersama-sama dalam keadaan yang sebaik-baiknya dari 
segala segi. Yaitu ALLOOH SWT telah melenyapkan kekurangan dari amal dan menggantinya 
dengan amal yang sempurna, tanpa mengurangi amal dan kedudukan yang sempurna, 
mengingat adanya kesamaan di antara mereka. Karena itulah disebutkan oleh 
firman-Nya:
{أَلْحَقْنَا 
بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ 
شَيْءٍ}
Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi 
sedikit pun dari pahala amal mereka. (At-- Thuur: 21)
Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Amr Ibnu Murroh, dari Sa’id Ibnu Jubair, 
dari Ibnu 'Abbaas yang mengatakan bahwasanya sesungguhnya ALLOOH benar-benar mengangkat 
anak cucu orang mukmin menjadi sederajat dengannya, sekalipun amal mereka berada 
di bawahnya agar dengan keberadaan mereka bersama hatinya menjadi senang. 
Kemudian Ibnu 'Abbaas membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman, dan 
yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu 
mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal 
mereka. (Ath-Thur: 21).
Ibnu Jariir dan Ibnu Abuu Haatim meriwayatkannya melalui hadits Shofyan As-Tsauri 
dengan Sanad yang sama. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir 
melalui hadis Syu'bah, dari Amr Ibnu Murroh dengan Sanad yang sama. 
Al-Bazzar meriwayatkannya dari Sahl ibnu Bahr, dari Al-Hasan ibnu Hammad 
Al-Warraq, dari Qais ibnur Rabi', dari Amr Ibnu Murrah, dari Sa’id, dari Ibnu 
Abbas secara marfu'. Lalu ia mengetengahkannya, kemudian ia mengatakan 
bahwa As-Sauri meriwayatkan hadis ini dari Amr Ibnu Murroh, dari Sa'id, dari 
Ibnu 'Abbaas secara Mauquuf.
Ibnu Abuu Haatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-'Abbaas Ibnul 
Waalid Ibnu Yaziid Al-Bairunii, telah menceritakan kepadaku Muhammad Ibnu Sa'id, 
telah menceritakan kepadaku Syaiban, telah menceritakan kepadaku Laits, dari 
Habiib Ibnu Abu Tsabit Al-Asadi, dari Sa'id Ibnu Jubair, dari Ibnu 'Abbaas 
sehubungan dengan firman ALLOOH SWT : Dan orang-orang yang beriman dan yang 
anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu 
mereka dengan mereka. (Ath-Thuur: 21). Bahwasanya mereka adalah keturunan orang 
mukmin yang mati dalam keadaan beriman. Sekalipun kedudukan ayah dan bapak 
mereka lebih tinggi daripada mereka, mereka tetap dihubungkan dengan ayah-ayah 
mereka, tanpa mengurangi pahala amal ayah-ayah mereka barang sedikit pun.
قَالَ 
الْحَافِظُ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْحَاقَ التُّسْتَرِي، 
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ غَزْوان، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، 
عَنْ سَالِمٍ الْأَفْطَسِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ 
-أَظُنُّهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-قَالَ: "إِذَا 
دَخَلَ الرَّجُلُ الْجَنَّةَ سَأَلَ عَنْ أَبَوَيْهِ وَزَوْجَتِهِ وَوَلَدِهِ، 
فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ لَمْ يَبْلُغُوا دَرَجَتَكَ. فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، قَدْ 
عَمِلْتُ لِي وَلَهُمْ. فَيُؤْمَرُ بِإِلْحَاقِهِمْ بِهِ، وَقَرَأَ ابْنُ عَبَّاسٍ 
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ} 
الْآيَةَ
Al-Haafidz Imaam Thobroonii mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain 
ibnu Ishaq At-Tusturi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rohmaan Ibnu Ghozwaan, telah menceritakan kepada kami Syariik, dari Saalim Al-Afthos, dari 
Sa'id Ibnu Jubair, dari Ibnu 'Abbaas yang menurutnya Ibnu 'Abaas pasti dari Nabi 
SAW. Disebutkan: Apabila seseorang masuk Surga, maka ia ditanyai tentang 
kedua orang tuanya, istrinya, dan anak-anaknya. Maka dikatakan, "Sesungguhnya 
mereka masih belum dapat mencapai derajatmu.” Maka ia berkata, "Ya Tuhanku, 
sesungguhnya aku telah beramal untuk diriku dan juga untuk mereka, " maka 
diperintahkan agar mereka dihubungkan (digabungkan) bersamanya. 
Setelah itu Ibnu 'Abbaas R.'A. membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang 
beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan. 
(Ath-Thuur: 21), hingga achir ayat.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu 'Abbaas sehubungan dengan ayat ini, bahwasanya 
orang-orang yang anak cucunya beriman, lalu mengerjakan amal ketaatan kepada-Ku, 
maka Aku akan menghubungkan keturunan mereka dengan mereka di dalam Syurga, 
begitu pula anak-anak kecil mereka. 
Pendapat ini merujuk pada tafsir yang pertama, karena pada tafsir yang 
pertama dijelaskan hal yang lebih gamblang daripada ini. Hal yang sama telah 
dikatakan oleh Asy-Sya'bi, Sa'id ibnu Jubair, Ibroohiim, Qotaadah, Abou Sho9oleh, 
Ar-Rabi' Ibnu Anas, Ad-Dlohhaak, dan Ibnu Zaid; pendapat inilah yang dipilih oleh 
Ibnu Jariir.
وَقَدْ 
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ: حَدَّثَنَا 
عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا حَمَدُ بْنُ فُضَيْل، عَنْ مُحَمَّدِ 
بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ زَاذَانَ، عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: سألتْ خَدِيجَةُ النَّبِيَّ 
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنْ وَلَدَيْنِ مَاتَا لَهَا فِي 
الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: 
"هُمَا فِي النَّارِ". فَلَمَّا رَأَى الْكَرَاهَةَ فِي وَجْهِهَا قَالَ: "لَوْ 
رَأَيْتِ مَكَانَهُمَا لَأَبْغَضْتِهِمَا". قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، 
فَوَلَدِي مِنْكَ. قَالَ: " فِي الْجَنَّةِ". قَالَ: ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ 
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْمُؤْمِنِينَ وَأَوْلَادَهُمْ فِي 
الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمُشْرِكِينَ وَأَوْلَادَهُمْ فِي النَّارِ". ثُمَّ قَرَأَ 
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَالَّذِينَ آمَنُوا 
وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ 
ذُرِّيَّتَهُمْ}
'Abdullah Ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami 'Utsmaan Ibnu Abuu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Fudail, dari 
Muhammad ibnu 'Uts'maan, dari Zazan, dari 'Ali yang mengatakan bahwa Choodijah pernah 
bertanya kepada Nabi SAW tentang dua orang anaknya yang telah mati di masa 
Jahiliyah. Maka ROSUULULLOOH SAW bersabda, "Keduanya berada di dalam 
neraka." Tetapi ketika beliau melihat roman muka yang tidak enak pada wajah Choodijah R.'A., maka beliau bersabda, "Seandainya engkau melihat kedudukan 
keduanya, niscaya engkau akan marah terhadap keduanya." Choodijah R.'A. bertanya, 
"Lalu bagaimanakah dengan anak-anakku yang darimu?" ROSUULULLOOH SAW bersabda: 
(Mereka) berada di dalam Syurga. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: 
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu dan anak-anak mereka berada di dalam Syurga. Dan sesungguhnya orang-orang musyrik itu dan anak-anak mereka berada di 
dalam neraka. Lalu beliau SAW, membacakan firman ALLOOH SWT Dan 
orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam 
keimanan. (Ath-Thuur: 21), hingga achir ayat.
Ini merupakan karunia dari ALLOOH SWT kepada para anak berkat amal 
bapak-bapak mereka. Adapun mengenai karunia ALLOOH kepada para bapak berkat doa 
anak-anak yang saleh, maka dalilnya telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. 
Disebutkan bahwasanya : 
حَدَّثَنَا 
يَزِيدُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُود، 
عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى 
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ 
الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَّى لِي هَذِهِ؟ فَيَقُولُ: 
بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ"
Telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hammad Ibnu Salamah, dari 'Aashim Ibnu Abun Nujuud, dari Abuu Shooleh, dari Abuu Hurairoh R.'A. 
yang mengatakan bahwasanya ROSUULULLOOH SAW pernah bersabda: Sesungguhnya ALLOOH 
benar-benar meninggikan derajat hamba yang Shooleh di dalam surga, lalu si hamba 
bertanya, "Ya Tuhanku, dari manakah semuanya ini buatku?” Maka ALLOOH SWT 
menjawab, "Berkat permohonan ampun anakmu untukmu.”
Sanad hadits ini Shohiih, mereka tidak mengetengahkannya dari jalur ini, tetapi 
mempunyai Syahid di dalam kitab Shohiih Muslim dari Abuu Hurairoh R.'A., dari 
ROSUULULLOOH SAW yang telah bersabda :
"إِذَا 
مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، 
أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ"
Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amal perbuatannya, kecuali 
tiga hal, yaitu sedekah yang mengalir (pahalanya), atau ilmu yang 
bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.
*******************
Firman ALLOOH SWT :
{كُلُّ 
امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ}
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Ath-Thuur: 
21)
Setelah menerangkan tentang karunia yang telah diberikannya, yaitu derajat 
keturunan ditinggikan sampai mencapai derajat para bapak, tanpa amal kebaikan 
yang mengharuskannya. Maka Allah menceritakan perihal keadilan-Nya, yaitu bahwa 
Dia tidak menghukum seseorang karena dosa orang lain. Untuk itu ALLOOH SWT 
berfirman :
{كُلُّ 
امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ}
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Ath-Thuur: 
21)
Yakni tergantung kepada amal perbuatannya sendiri, tidak menanggung dosa 
orang lain, baik bapaknya sendiri ataupun anaknya sendiri. Semakna dengan apa 
yang disebutkan oleh firman-Nya :
{كُلُّ 
نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ إِلا أَصْحَابَ الْيَمِينِ فِي جَنَّاتٍ 
يَتَسَاءَلُونَ عَنِ الْمُجْرِمِينَ}
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali 
golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya-menanya, tentang 
(keadaan) orang-orang yang berdosa. (Al-Muddatstsir: 38-41).
Adapun firman ALLOOH SWT :
{وَأَمْدَدْنَاهُمْ 
بِفَاكِهَةٍ وَلَحْمٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ}
Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala 
jenis yang mereka ingini. (Ath-Thuur: 22)
Maksudnya, Kami beri mereka tambahan nikmat berupa buah-buahan dan daging 
dari segala jenis yang enak-enak dan disukai. 
*******************
Firman  ALLOOH SWT :
{يَتَنَازَعُونَ 
فِيهَا كَأْسًا}
Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas). (Ath-Thuur: 
23)
Yakni mereka saling memberi minuman khamr, menurut Ad-Dlohhaak.
{لَا 
لَغْوٌ فِيهَا وَلا تَأْثِيمٌ}
yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan 
tiada pula perbuatan dosa. (Ath-Thuur: 23)
Mereka tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak berguna setelah meminumnya, 
yakni tidak mengigau, tidak pula berkata kotor (jorok) sebagaimana yang dialami 
oleh para peminum (khamr) di Dunia. 
Ibnu Abbaas mengatakan bahwa Al-Laghwu artinya kata-kata yang batil, dan Al-Itsmu artinya perkataan yang dusta. 
Mujaahid mengatakan bahwasanya mereka tidak saling mencaci dan tidak pula saling 
berbuat dosa. 
Qotaadah mengatakan bahwasanya hal tersebut selalu disertai oleh Syaitan ketika di Dunia, maka  ALLOOH menyucikan Chomr Achirat dari kekotoran Chomr Dunia dan 
penyakitnya seperti yang telah disebutkan. Untuk itu Chomr Achirat dibersihkan 
dari pengaruh negatif akibat meminumnya, seperti kepala pusing, perut mual, dan 
akal sehat tertutup. ALLOOH menyebutkan pula bahwa Chomr Achirat tidak 
merangsang mereka untuk mengeluarkan kata-kata kotor, kata-kata yang tiada 
gunanya, serta kata-kata yang tidak karuan. Dan  ALLOOH menceritakan bahwasaanya 
khamr akhirat di Syurga baik rupanya serta wangi aroma dan pengaruhnya. Untuk itu  ALLOOH berfirman :
{بَيْضَاءَ 
لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ لَا فِيهَا غَوْلٌ وَلا هُمْ عَنْهَا 
يُنزفُونَ}
(Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak 
ada dalam khamr itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. (Ash-Shooooooffaat : 
46-47)
{لَا 
يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ}
mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk. (Al-Waaqi'ah: 
19)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{يَتَنَازَعُونَ 
فِيهَا كَأْسًا لَا لَغْوٌ فِيهَا وَلا تَأْثِيمٌ}
Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang 
isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula 
perbuatan dosa. (Ath-Thuur: 23)
*******************
Adapun firman ALLOOH SWT :
{وَيَطُوفُ 
عَلَيْهِمْ غِلْمَانٌ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ لُؤْلُؤٌ مَكْنُونٌ}
Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) 
mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan. (Ath-Thuur: 24)
Ini menceritakan tentang pelayan dan pembantu-pembantu mereka di dalam Syurga 
nanti, bahwasanya rupa mereka bagaikan mutiara yang tua lagi tersimpan dalam hal 
keindahan, wibawa, dan kebersihan serta keindahan pakaian yang dikenakan mereka. 
Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya :
وَيَطُوفُ 
عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا 
مَنْثُورًا
Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila 
kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. 
(Al-Insaan : 19)
Adapun firman ALLOOH SWT :
{وَأَقْبَلَ 
بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ}
Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya. 
(Ath-Thuur: 25)
Maksudnya, sebagian dari mereka berbincang-bincang dan mengobrol dengan 
sebagian yang lain menceritakan tentang amal perbuatan dan keadaan mereka ketika 
di dunia. Perihalnya sama dengan obrolan yang dilakukan oleh para peminum 
sebagian dari mereka kepada sebagian yang lainnya di dunia ini apabila minuman 
telah mempengaruhi mereka, yaitu obrolan tentang apa yang pernah mereka 
alami.
{قَالُوا 
إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ}
Mereka berkata, "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah 
keluarga kami merasa takut (akan diazab)." (Ath-Thuur: 26).
Yakni kami dahulu di dunia ketika hidup di tengah-tengah keluarga kami selalu 
dicekam oleh rasa takut kepada Tuhan kami, takut terhadap siksa dan 
azab-Nya.
{فَمَنَّ 
اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ}
Maka ALLOOH memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab 
neraka. (Ath-Thur: 27)
Yaitu kemudian ALLOOH memberikan karunia-Nya kepada kami dan menyelamatkan 
kami dari apa yang kami takuti.
{إِنَّا 
كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ}
Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. (Ath-Thuur: 28)
Yakni berendah diri memohon kepada-Nya. Maka Dia memperkenankan bagi kami dan 
memberi kami apa yang kami minta.
{إِنَّهُ 
هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ}
Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang. 
(Ath-Thuur: 28)
Sehubungan dengan hal ini ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Haafidz 
Abu Bakar Al-Bazzaar di dalam kitab Musnadnya. Disebutkan bahwasanya : 
حَدَّثَنَا 
سَلَمَةُ بْنُ شَبِيبٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ دِينَارٍ، حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ 
بْنُ صُبَيْحٍ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى 
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ 
اشْتَاقُوا إِلَى الْإِخْوَانِ، فَيَجِيءُ سَرِيرُ هَذَا حَتَّى يُحَاذِيَ سَرِيرَ 
هَذَا، فَيَتَحَدَّثَانِ، فَيَتَّكِئُ هَذَا وَيَتَّكِئُ هَذَا، فَيَتَحَدَّثَانِ 
بِمَا كَانَ فِي الدُّنْيَا، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: يَا فُلَانُ، 
تَدْرِي أَيَّ يَوْمٍ غَفَرَ اللَّهُ لَنَا؟ يَوْمَ كُنَّا فِي مَوْضِعِ كَذَا 
وَكَذَا، فَدَعَوْنَا اللَّهَ -عَزَّ وَجَلَّ-فَغَفَرَ لَنَا".
Telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Syabib, telah menceritakan kepada 
kami Sa'id ibnu Dinar, telah menceritakan kepada kami Ar-Robi' ibnu Sabih, dari 
Al-Hasan, dari Anas yang mengatakan bahwasanya ROSUULULLOOH SAW telah bersabda: 
Apabila ahli surga telah memasuki surga, mereka merasa rindu kepada 
teman-teman mereka, maka datanglah (kepadanya) singgasana temannya itu 
hingga berhadapan dengan singgasananya. Lalu keduanya berbincang-bincang seraya 
bersandar di singgasananya masing-masing. Keduanya membicarakan masa lalu mereka 
ketika di dunia; salah seorangnya berkata kepada temannya, "Hai Fulan, tahukah 
kamu hari apakah Allah memberikan ampunan kepada kita? Yaitu di hari ketika 
berada di tempat anu, lalu kita berdoa kepada Allah (memohon ampun), maka 
Dia memberi ampun bagi kita.”
Kemudian Al-Bazzaar mengatakan bahwasanya kami tidak mengenal Hadits ini 
diriwayatkan kecuali melalui Sanad ini.
Menurut hemat saya (Ibnu Katsir), Sa'id ibnu Dinar Ad-Dimasyqi menurut Abu 
Haatim orangnya tidak dikenal, dan mengenai Syechnya (Gurunya) yaitu Ar-Rabi' 
ibnu Sabih dipertanyakan bukan hanya oleh seorang ulama ditinjau dari segi 
hafalannya, tetapi dia adalah seorang yang Sholeh lagi Tsiqoh.
Ibnu Abu Haatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abdullah 
Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Al-A'masy, dari Abud Duha, 
dari Masruq, dari Aisyah, bahwa ia membaca firman-Nya: Maka Allah memberikan 
karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami 
dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dialah Yang melimpahkan kebaikan lagi Maha 
Penyayang. (Ath-Thuur: 27-28) Lalu ia berdoa, '"YAA ALLOOH, berilah kami 
anugerah (karunia), dan peliharalah kami dari 'Adzab Neraka. Sesungguhnya Engkau 
Maha Pelimpah kebaikan lagi Maha Penyayang." 
Ditanyakan kepada Al-A'masy, "Apakah ia mengucapkannya dalam Sholat?" 
Al-A'masy menjawab, "Ya."