HARTABUTA :
Sabtu, 23-7-2025.
"MBAH RIYAN / "IBNU HARJO AL-JAWI
Ulama yang Tak Dikenal di Kampungnya"
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
HARTABUTA :
Sabtu, 23-7-2025.
"MBAH RIYAN / "IBNU HARJO AL-JAWI
Ulama yang Tak Dikenal di Kampungnya"
HARTABUTA :
Sabtu, 16-8-2025.
Saya menemukan sebuah tulisan kakek, KHS. Abdullah Schal, rahimahullah wa nafa’ana bih—sewaktu bebongkar lemari kitab beliau beberapa tahun silam bersama Lajnah Turats Syaikhona Kholil, dan tertulis disitu sebuah syiir Jawa yang kian apik yang dinisbatkan kepada Syaikhona Muhammad Kholil. Berikut teks-nya:
HARTABUTA :
Jum'ah, 15-8-2025.
[14/8 22.05] +62 813-3036-0200: 𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐇𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠𝐧𝐲𝐚 𝐈𝐬𝐭𝐢𝐠𝐡𝐨𝐭𝐬𝐚𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐬𝐮𝐬𝐮𝐧 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐇𝐚𝐝𝐥𝐫𝐚𝐭𝐮𝐬𝐲 𝐒𝐲𝐚𝐢𝐤𝐡 𝐊𝐇 𝐌𝐮𝐡𝐚𝐦𝐦𝐚𝐝 𝐇𝐚𝐬𝐲𝐢𝐦 𝐀𝐬𝐲’𝐚𝐫𝐢
HARTABUTA :
Sabtu, 9-8-2025.
LEGENDA TELAGA BERON & MISTERI DI DALAMNYA
VERSI I. SEBUTIR TELUR ULAR DAN MBAH BEROT BERSAMA ISTERINYA.
SUHU mendapatkan kisah ini dari Mbah Dirun, di mana pada saat itu masih menjadi pelajar SMPN Rengel yang kini menjadi SMPN 1 Rengel, Kabupaten Tuban Kelas I jelang kenaikan kelas tahun 1978 dan beliau menjadi Petengan (Kepala Urusan (Kaur) Keuangan) Desa Punggulrejo.
Selain menjadi Pertengahan n, Mbah Dirun berprofesi sebagai penangkap ikan di Telaga Beron dengan senjata : Perahu, Sengkap, Jala, Sabit, Wadah Ikan.
Mbah Yah Sang Isteri berprofesi sebagai pengolah ikan tersebut untuk dipanggang di atas perapian & menjualnya ke Tetangga Sekitar.
Bahan bakarnya dari sepet klopo serabut kelapa) yang ditaruh di tungku tanah liat tempat memasak aneka memasak Gaya Tradisional.
Beliau Berdua berputera :
1. Kang Mad Perikanan, Banjararum.
2. Yu Yam Isterinya Kang Ud, Beron utara barat.
3. Kang Sama'ii, suaminya Yu Pat, Beron Kidul Barat, selatan sungai dekat jalan menuju Dukuh Glonggong-Sumberjo.
4. Yu Tun Isterinya Kang Tasmiijan, Beron Gang Buntu.
5. Yu Mi Kang Das, Beron Utara Barat, timurnya MAN 2 Tuban, rumah ke 2 dari pojok.
6 Kang Karomin, Beron Barat Gang Buntu.
7. Kang Kajat, Beron Barat Gang Buntu.
8. Yu Um, Isterinya Kang Tris.
9. Kang Suhadi, teman SUHU di SDN Punggulrejo lulus tahun 1977,bsekaligus teman main musuh bebuyutan olah raga tennis meja Gaya Orang Desa tidak punya modal yakni pakai meja besar panjang, netnya pakai kayu atau tali, bedanya dari tutup panci aluminium yang rusak, bola pingpongnya gepeng kena injak direbus agar normal kembali.
Selanjutnya ...
Beliau mengkisahkan bahwasanya konon di era dahulu sebelum adanya Telaga Beron dan sekitarnya masih berupa wilayah yang sepi dan banyak tumbuhan tinggi besar misalnya : pohon ingas, pohon jambu wer, pohon kerang, pohon trenggulun, pohon elo, pohon ikatan, pohon beringin dan aneka satwa liar terutama monyet, bentung musang, biawak, ular, burung. Bahkan dari sumber lain dikisahkan masih merupakan areal lereng Gunung Kendeng yang masih berbalut hutan belantara yang dihuni oleh aneka satwa liar termasuk Aneka Machluuq Halus Jin (Gendruwo, Banaspati, Wewe Gombel, dll). Wilayah MAN 2 Tuban & Sekitarnya, Wilayah MTsN 2 Tuban & sekitarnya juga masih berupa hamparan hutan dan SUHU perkirakan hingga tahun 1940-an.
Kondisi situasi semacam itu belum banyak berubah meski sekitar 1927 sudah berdiri Pondok Pesantren Beron yang didirikan dan diasuh oleh Kakek Kandung SUHU yakni KH. 'Abdullooh Affandii Zainal Ma'aarif Shoolihuuun dan orang-orang biasa panggil Mbah Kiyai Shoolihuuun.
Jadinya tidak heran, banyak onggokan batu duduk alias gumuk bertebaran dari baratnya persis Makam THOWISO, wilayah MTsN 2 Tuban hingga ke Wilayah MAN 2 Tuban & itupun masih hutan belantara.
Lanjut Mbah Dirun ... Di kala itu ada sepasang suami istri yang namanya tidak diketahui, punya anak apa tidak juga tidak diketahui, dan ditengarai hanya berdua dengan sang istri.
Pada suatu hari, suaminya menemukan sebutir telur yang ternyata telur ular dan kenyataannya memang di wilayah situ kan memang banyak ular.
Akhirnya telur ular tersebut direbus, dibelah menjadi dua bagian sama persis untuk dimakan mereka berdua.
Anehnya, setelah memakan telur tadi, perilaku suami-istri ini berubah, sering uring-uringan, sering berantem, sering purik (ngambek), sering mberot (marah puncak pilih diam bungkam tidak mau diajak bicara, lalu meninggalkan rumah) atau istilah lainnya jenggot/ njenggot.
Mberotnya terserah, entah pulang ke kampung halaman atau ke rumah orang tuanya, atau ke mana saja menuruti emosi yang intinya itu minggat (pergi dari rumah karena kesal).
Perilaku aneh tersebut saling bergantian di antara keduanya dan perilaku seperti itu berjalan selama bertahun-tahun padahal sebelum makan telur itu padahal sebelumnya normal, adem ayem, rukun, harmonis & tentram.
Misalkan saat itu si suami, ketika marahnya memuncak akhirnya mberot terus minggat tidak pulang-pulang. Tidak lama kemudian datang lagi, lalu gantian sang istri yang marah sampai akhirnya mberot tidak pulang-pulang, silih berganti.
Tidak tahu siapa nama sebenarnya suami-istri tersebut, berhubung sering atau kesukaannya purik-an (ngambekan dan pilih minggat dari rumah) dan sering mberot-an, akhirnya dijuluki dengan julukan “Mbah Mberot” atau “Berot”.
Nah untuk kisah asal-usul sumber Sendang Beron, Rowo Beron, Telogo Beron rupanya Mbah Dirun itu tadi tidak mengkisahkan tentang nama Beron, hanya mengkisahkan terkait dua tokoh tadi.
SUHU menganalisis bahwasanya di depan MTsN 2 Tuban itu seberang jalan, selatan jalan raya kan ada makam yang diberi cungkupan. Nah itu kan makamnya Mbah Thowiso (Tho = Thohaa, Wa ('Arob) = Dan, 'Iisaa = 'Iisa) yang nama aslinya Thoohaa wa 'Iisaa. Ada yang menjuluki ToĨsa tapi wong Jowo kene (orang Jawa sini) biasa memberi nama Towiso dan diabadikan menjadi nama jalan, Jalan Taisa atau Towiso yang lebih pas.
Menurut versi lahirnya cikal bakal nama Beron ini, berarti itu berasal dari nama Mbah Berot. Kemudian apakah Mbah Berot itu Mbah Towiso yang seorang wali “Sunan Punggul” di Dukuh Beron ini, atau apakah Mbah Berot ini ada sebelum atau setelahnya Mbah Towiso, Walloohu A’lam.
Penamaan Sunan Punggul itu juga tidak pas karena kiprahnya, wafatnya & makamnya ya di Pedukuhan Beron. Punggul dan Beron itu sama-sama Wilayah Pedukuhan ikut Desa Punggul rejo. Seharusnya nama yang pas itu Sunan Punggul rejo atau yang lebih pas lagi dikasih nama Sunan Beron. Eyang THOWISO bin Sunan Bejagung Lor Eyang Modin Asy'arii itu sebagian Leluhur SUHU dari Jalur Ibundanya SUHU.
Gelar Sunan yang disematkan kepada Beliau bagi SUHU juga terlalu tergesa-gesa meski Beliau Leluhur Kandung SUHU yang konon memiliki aneka hal-hal aneh, entah itu 'Ilmu Kesaktian ataukah Karoomah, lha wong orang-orang dahulu itu Ahli Tirakat, apalagi dasar penyematan gelar Sunan dari hasil 'Ilmu Ronsen Quburan yang tingkat validitas keakuratannya tidaklah dijamin 100 ℅.
(VERSI 2) LEGENDA SENDANG BERON
“MBAH THOWISO, SUNAN BEJAGUNG LOR DAN WULING PUTIH”
Dikisahkan, suatu hari ada sekawanan ketek (kera) naik turun dari pohon besar, setelah dilihat ternyata di situ ada sumber air. Itu terjadi di masa hidupnya Mbah Berot, apakah Mbah Berot yang pertama kali menemukan ataukah penduduk lain sekitar situ tidak bisa dipastikan ?
Akhirnya banyak penduduk sekitar situ mengambil airnya untuk aneka keperluan sehari-hari. entah untuk cuci-cuci, minum, mandikan ternak dll. Dari kisah itu (versi 1, berbeda dengan versi ini) mungkin cikal bakal nama “Mberot” atau “Berot” (sukanya purik).
Waktu itu sumbernya belum ditemukan banyak. Karena dibalik sumber yang ditemukan itu ternyata di baliknya atau di sekitar situ waktu itu masih area persawahan, yang mayoritas dimiliki Sunan Bejagung Lor (Semanding, Tuban) atau yang biasanya dipanggil Mbah Modin Asy'arii. Nah beliau punya putera, antara lain bernama Mbah Towiso ini, dipasrahi dikasih tugas tinggal di sekitar sawah tersebut yang kini menjadi MTsN 2 Tuban dan Sekitarnya dan sekaligus merawat sawah-sawah tadi.
Nah rupanya, dari sumber yang kecil tadi kalau menurut versi ini sumber kecil tadi terjadi di masa Mbah Towiso, sedangkan yang Mbah Berot itu sudah versi yang lain. Air itu semakin lama semakin banyak dan berlimpah sehingga sawah-sawah mulai rusak berubah menjadi air dan tambah lama tambah melebar tambah luas. Akhirnya beliau Mbah Towso ini sambat atau laporan ke bapaknya yaitu Mbah Sunan Bejagung Lor. Kemudian dibantu mencari sebabnya akhirnya ketemu, ternyata dirusak oleh seekor Wuling putih Raksasa Siluman. Wuling itu sejenis belut tapi bukan belut. Jikalau belut kan kepalanya agak lonjong. Kalau Wuling itu kepalanya ada pipihnya ada telinganya. Jikalau belut hanya sebatas membuat “rong” atau lubang sekedarnya buat rumah
bersembunyi/ tempat tinggal, tetapi kalau Wuling itu tidak, karena dia merusak menghancurkan tanah yang ada dengan dilumat habis, butuh pergerakan bebas tanpa hambatan.
Akhirnya Mbah Sunan Bejagung Lor terpaksa turun tangan sendiri karena tidak ada yang berani karena taruhannya nyawa. Akhirnya sama beliau terpaksa dibunuh, nah bangkainya dipendam di seberang telaga tepi barat, di mana sekarang di situ berdiri masjid namanya Masjid Beteng Rowo. Didekat masjid tersebut dulu ada cungkupan/rumah kecil, ada gundukan tanah yang disinyalir sebagai kuburannya Wuling. Karena melihat air semakin banyak dan sumber dimana-mana akhirnya dinamakan nama “Beron” yang menurut versi ini berasal dari kata “Sumber e sak maron-maron”.
Maron/Kemaron itu merupakan wadah yang terbuat dari tanah liat modelnya mirip mangkok tetapi berukuran besar. Jikalau lebih besar lagi dinamakan Jambangan untuk mandi, kencing, dll.
(VERSI 3) LEGENDA TELAGA BERON
“BARON SANG UTUSAN KERAJAAN MAJAPAHIT”
Ada seorang utusan Kerajaan Majapahit namanya Baron, nama Baron itu kan namanya orang barat (Eropa) itu memakai nama-nama Baron (gelar bangsawan). SUHU tidak begitu yakin jikalau ini zamaan Mojopahit, karena nama Baron ini identik dengan orang luar, negeri dan masa-masa akhir Mojopahit saat Pemerintahan Prabu Brawijoyo V Kertabumi / Raden Alit Ongkowijoyo yang kalah perang saudara dikudeta oleh sepupunya sendiri yakni Raden Ronowijoyo yang bergelar Prabu Girindrawardono yang pimdahkan Keraton Mojopahit ke Keling-Kediri.
Itu lanjutan dari Perang Paregreg di mana beliau merupakan ayah kandung Raden Patah/ Sultan 'Abdul Fattaah Hasan/ Sultan Syah Alam Akbar pendiri Kesultanan Demak Bintoro. Apakah utusan bernama Baron itu di masa beliau ? Kelihatannya bukan, mungkin di masa-masa pecahan Kesultanan Mataram yakni Kesunanan Pakubuwonoan Surakarta Solo, Kesultanan Hamengkubuwonoan Ngayogyakarta Hadiningrat, Kadipaten Mangkunegaran Solo, dan Kadipaten Pakualaman Ngayogyakarta, tepatnya pasca Perang Diponegoro (Sa’iid Ontowiryo Mustahar)/ Perang Jawa 1825 – 1830 di mana Kadipaten Tuban sudah dikendalikan penuh oleh Penjajah Belanda. Tetapi versi ini saya tidak begitu yakin kalau nama Beron diambil dari nama Baron (utusan tadi). Konon utusan ini meninggal dan dimakamkan di sekitar situ (Sendang Beron/ Telaga Beron) karena nama Beron ditengarai sudah ada sebelum kedatangan Penjajah Belanda dan utusan tadi.
(VERSI 4) LEGENDA SENDANG BERON
“BARON DARI BELANDA DAN SAYEMBARA MENANGKAP WULING PUTIH”
Versi selanjutnya masih terkait nama Baron, tetapi Baron yang merupakan prajurit Belanda ketika Belanda sudah mengkuasai Kadipaten Tuban. Ketika itu Baron ini menemukan ada telaga besar, satu-satunya yang terbesar di Kadipaten Tuban. Londo (Belanda) memanfaatkan itu untuk pengairan atau irigasi, tetapi ya maaf, irigasi untuk kepentingan penjajah Belanda bukan untuk pribumi yang diberi nama oleh Belanda “Inlander” yakni Penduduk asli/asal yang awal mula datang. Nah, utusan ini juga meninggal dan dimakamkan di situ. Kemudian mana yang benar? Apakah Baron zaman Mojopahit atau Baron zamaan Belanda ?.
Jikalau zamaan Majopahit, orang Belanda belum masuk, karena masuknya setelah Kesultanan Pajang pengganti Demak Bintoro, yang dipimpin Mas Karebet Joko Tingkir bergelar Sultan 'Abdur Rohman Haadiwijoyo Abdulrohman dan Kesultanan Mataram yang didirikan oleh Putera Angkatnya yakni Raden Danang Sutowijoyo bin Ki Ageng Pemanahan dan lebih tepatnya terjadi di era pasca Perang Diponegoro/ Perang Jawa sebagaimana yang telah dikisahkan di atas . Lebih tepatnya di Era Kesultanan Banten tahun 1596 M di mana Kapal Dagang Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman & Cornelis de Keizer yang semata-mata bukan untuk berdagang namun demi wujudkan slogan besar Bangsa Eropa yang bangkit dari Masa Kegelapan menuju Terang Benderang (Renaissance) yakni Gospel (penyebaran Kitaa Suci Injiil), Gold (Kuasai Emas, minimal Silver/ Perak) & Glory (Gospel & Gold dicapai maka Jayalah Bangsa & Negaranya). Jadi Walloohu A’lam.
Ketika itu, saat Zamaan Pemerintah Hindia Belanda memanfaatkan Sendang Beron/ Telaga Beron sebagai irigasi karena sumber air yang semakin banyak sehingga ditakutkan nanti rusak kawasan persawahan di sekitarnya. Tetapi Belanda belum tahu rusaknya gara-gara apa penyebabnya, akhirnya untuk mencegah air semakin meluas Belanda membangun bendungan dari tepi timur belakangnya MIN 2 Tuban persis sampai ujung tepi barat sana sampai dekatnya Kuburan Wuling dan kini Masjid Betengrowo tadi. Bendungan tadi bentuknya pagar tembok, yang tujuannya biar air tidak melebar. Wilayah Betengrowo & Sekitarnya terutama Sekitar Telaga Tanah Bawah/ Rendah masih Wilayah Beron. Jadi pada awalnya Telaga Beron 100 ℅ milik Dukuh Beron Desa Punggulrejo, namun karena peristiwa sepesial mau tidak mau Telaga Beron sebagian milik Beron & sebagian milik Betengrowo-Sumberjo. Dalam perkembangannya kenyataannya dimiliki Pemerintah Pusat.
Nah, tembok tadi orang sekitar biasa memberi nama tembok bendungan itu dengan sebutan “Banon” dari Bahasa 'Arob Al Baanuun (ألبانون = Bangunan), ada pula yang memberi nama “Beteng Rowo” (Bentengnya Air/Rawa). Ternyata meskipun sudah diberi bendungan air masih terus melebar, maka Belanda pun penasaran dan mengkerahkan orang-orang untuk mencari tahu. Ternyata penyebabnya adalah seekor makhluk yang tidak semua orang bisa lihat, apalagi menangkapnya baik hidup hidup maupun mati yaitu dirusak oleh seekor Wuling Putih Raksasa Siluman. Nah, Wuling itu kan makhluk hidup, berarti mungkin itu merupakan generasi keturunan berikutnya si Wuling Putih Raksasa Siluman yang telah dibunuh oleh Sunan Bejagung Lor sekitar 240 tahun sebelumnya tadi. Kalau dihitung jarak waktu dari zamaan Mbah Bejagung sudah lama, sehingga itu mungkin keterunannya. Uling itupun terus merusak tanah di sekitar situ hingga persawahannya habis semua di sekitar situ, menjadi air semua. Sejak saat itu dikenal dengan nama ROWO BERON/ TELOGO BERON (RAWA BERON/ TELAGA BERON) hingga kini.
Akhirnya Pemerintah Hindia Belanda pengganti VOC mengadakan sayembara untuk menangkap Wuling itu, sebab jikalau tidak ditanggulangi dikuatirkan akan tercipta Rawa/ Telaga Raksasa. Setelah sayembara dibuka, tidak ada penduduk yang berani mengikutinya, karena semua takut dengan Wuling itu. Hingga tiba-tiba muncullah seorang kiyai muda bernama Mbah Madyani Ishaaq bin Mbah Jono bin Mbah Demang Abu Jono Kerek Tuban bin Mbah Pangeran Moyokerti Kusumoyudho Abdul Jabar Nglirib Jojogan Tuban. Akhirnya beliau datang jauh-jauh dari Gresik karena saat itu beliau sudah diangkat menantu Mbah Shoolih Bahaarun pengasuh Pondok Pesantren Sampurnan Bungah Gresik.
Beliau datang dan mengkatakan karena ini taruhannya nyawa, saya ndak jamin bisa menangkap hidup dan menang. Jikalaupun menang Wuling Putih Raksasa Siluman ini terpaksa saya bunuh daripada nyawa saya yang hilang. Saat itu hadiah sayembaranya oleh Belanda adalah siapa yang berhasil menangkap Wuling Putih Raksasa Siluman itu dalam keadaan hidup atau mati akan mendapat sebidang Tanah Perdikan di wilayah Santren, Rengel. Beliau ketika datang itu meminta suatu syarat yaitu minta disediakan rakit dan dua ekor kerbau (ada versi yang menyebutkan 40 ekor) untuk menyeret badan uling putih itu setelah ditangkap. Setelah bertarung dan berhasil dibunuh akhirnya dikubur bersanding di tempat Wuling Putih Raksasa Siluman masa sebelumnya dibunuh. Karena airnya sudah terlanjur melimpah, maka oleh Belanda disiasati dengan memberi sodetan atau sungai, jadi sungai yang sampai sekarang menjadi irigasi melintasi Desa Punggulrejo sampai Banjararum, Prambon Wetan, Campedan Campurejo, Tapang Campurejo sampai Kecamatan Plumpang.
Awalnya dibuatkan sodetan sungai akan melintasi utara rumah Ayah Bunda SUHU namun terlalu tinggi tanahnya. Jadinya ambil tepi selatan yang hasilnya sebagaimana terlihat sekarang.
Kesimpulan Nama Beron :
Hasil kajian SUHU, nama BERON itu merupakan hasil perpaduan nama BEROT dan munculnya banyak sumber air yang dulunya 100 ℅ merupakan hamparan sawah yang berubah menjadi Telaga yakni Beron (sumber sak maron-maron) yang realitasnya banyak sumber air di Telaga Beron.
Lalu paten secara alamiah menjadi BERON hingga saat ini tepatnya DUKUH BERON, DESA PUNGGULREJO, KECAMATAN RENGEL, KABUPATEN TUBAN, PROVINSI JAWA TIMUR, INDONESIA.
Seharusnya istilah yang lebih tepat itu Dukuh Beron, Desa Punghulrejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur tetapi entah bagaimana kisahnya tahu-tahu kini mayoritas pakai istilah Dusun, padahal Dusun Bahasa Kromo Inggilnya Desa, berarti kan sama dong.
Gegara itu, kini berubah menjadi DUSUN BERON, DESA PUNGGULREJO, KECAMATAN RENGEL, KABUPATEN TUBAN, PROVINSI JAWA TIMUR, INDONESIA.
Panorama Telaga Beron :
Di antaranya :
1. Hamparan Air.
2. Lumpur Telaga.
3. Ganggang Hijau.
4. Grasak, Pohon Plumpumg, Tanaman Rumput Lingi Yang Tajam, Tanah Gambut, Rumput Gambut & Sawah Gambut.
5. Hamparan Teratai Merah.
6. Tanaman Kayu Apu.
7. Tanaman Eceng Gondok.
8. Tumbuhan Moto Lele.
9. Lumut.
10. Tanggul Kecil, berbatasan dengan Areal Sawah yang ditanami pohon turi putih.
Era SD hingga SMP SUHU 1972 hingga 1980/1981 dihuni oleh :
* Ular Tampar.
* Ular Blirik.
* Ular Kobra.
* Ular Klingsi.
* Kadal.
* Tokek.
* Klarap.
* Bunglon.
* Semut Merah.
* Semut Hitam.
* Krangkang.
* Kala Jengking.
* Aneka Belalang.
* Burung Cipret, Derkuku, Kutut.
* Rayap.
* Laron.
* Klaper.
* Kunang-Kunang.
* Pohon Semanggi.
* Rerumputan.
Kini lenyap 85 ℅..
11. Aneka Burung : Kuntul, Cangak Ulo, Sribombok Uwok-Uwok, Blekok, dll. yang kini punah akibat perburuan liar.
12. Aneka Ikan : Gabus/ Kutuk/ Tengil/ Berjing, Bader, Malem, Bambangan, Wader Selokan, Wader Pari, Sili, Lupis, Seren, Sepat, Garingan, Lele, Udang, Belut, Jeplang, Jathul, Sunduk, Rebon.
Kini tinggal Ikan Gabus, Jeplang, Jathul, Wader, Sepat, Udang, Belut.
Di Era SUHU masih SD 1977, SMP 1980/1981, SMA 1983/1984 setiap tahun Panen Besar Ikan karena Masa Bertelur & Menetas untuk Regenerasi terutama di Celah-Celah Bebatuan Bagian Selatan Pemandian Tembok Bujur Sangkar tetapi oleh Penduduk itu kesempatan besar untuk berpanen raya tanpa berpikir panjang di masa yang akan datang. Kini lenyap, pendangkalan dahsyat & tinggal kenangan.
13. Regul, Biawak, Ular Sanca/ Ular Sowo, Kura-Kura, Kepiting/ Yuyu.
14. Kul, Gondang, Srumpil, Kepiting.
15. Guyangan Sapi hingga di selatan Tembok Pemandian Umum Bertembok Kubus/ Bujur Sangkar. Kini hilang.
Kondisi Situasi Debit Air Telaga Beron :
Sangat memprihatnkan dan butuh solusi nyata tidak boleh tutup mata secara bijaksana, bijaksini & bijaksitu mengingat saya manfaatnya yang luar biasa baik Urusan Irigasi maupun Non Irigasi.
Air Telaga Beron itu untuk kepentingan Orang Banyak & bukan untuk kepentingan beberapa gelintir orang saja atau kelompok tertentu saja alias tidak boleh semaumya sendiri.
Kenyataamnya :
1. Semakin dangkal dan lama-lama bisa habis kering kayak tempat wilayah lain.
2. Guyangan Sapi hingga di selatan Tembok Pemandian Umum Bertembok Kubus/ Bujur Sangkar. Kini hilang. Guyangan Sapi dihurug menjadi jalan.
Penutup
Terkait Wuling Putih Raksasa, berarti muncul dua kali (2x) yakni :
1. Era Mbah THOWISO & Mbah Sunan Bejagung Lor Era tahun sekitar 1570 M - 1619 M.
2. Era Kolonial Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1920 - 1930-an & KH. Abu Ishaaq Madyani yang makamnya di Nglaren Rengel.
Dalam perkembangannya, Telaga Beron terkini terbagi atas :
1. Telaga Beron/ Rawa Beron secara umum.
2. Grasak Yang Dipenuhi Tumbuhan Plumpumg, Tanah Gambut & Sawah Gambut Di Pojok Timur Selatan Bagian Telaga Beron Yang Menjadi Aneka Satwa Liar, Satwa Non Liar & Bangsa Jin Penghuni Telaga Beron.
3. Teratai Merah Yang Penuhi Areal Telaga Beron Terutama Selatan Banon/ Tembok Pagar Bendungan Awal.
4. Sendang Beron yang kini tinggal di bagian barat tepi utara, tempat mandi, cuci, dll. Para Penduduk.
5. Pemandian Umum yakni bangunan kubus bikinan Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1930 yang kini tinggal 60 ℅.
6. PDAM Beron dari Pemandian Umum yakni bangunan kubus bikinan Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1930 yang ambil 40 ℅ tepi barat, pusatnya sumber air.
Dialog Seputar Sebagian Misteri Telaga Beron di Group Keluarga BDK (Banii Demang Kayunan)
[11/2 12.50] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Nuwun Sewu ... 💥👳♀️🙏⭐
Sekelumit Kisah Tentang Tanah Wakaf PP. Beron & Wafatnya Ibunda ...
👇👇👇
[11/2 12.51] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Pagar warna orange *Bagian Timur - Batas Dg MIN 2 Tuban* membujur ke utara ± 25 m - 28 m merupakan Batas Tanah Wakaf PP. Beron.
[11/2 12.52] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Pagar warna orange *Bagian Timur - Batas Dg MIN 2 Tuban* membujur ke utara ± 25 m - 28 m terhuhung dg Pintu Gerbang In Out, Out In, Out ke Masjid.
[11/2 12.52] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Pagar warna orange sebagai Tanah Wakaf Buyut Kastur, Sang Adik Tunggal Ibu dari Buyut Abu Thoolib *Bagian Timur - Batas Dg MIN 2 Tuban* membujur ke utara ± 25 m - 28 m terhuhung dg Pintu Gerbang In Out, Out In, Out ke Masjid, bertemu dg Pagar Warna Biru yg dulunya merupakan Rumah Tempat Tinggal Mbah Kakung KH. Shoolihuuun + Nyai Faathimah II binti KH. 'Abdur Rohman, Kauman Rengel, membujur ke barat lurusnya Pohon Mlinjo Tersisa membentuk Persegi Panjang yg dibatasi Pengimaaman Masjid Lama.
KH. 'Abdur Rohmaan Mas Kandung Mbah Nyai KH. Shoolihuuun I/ Nyai Faathimah I.
* Isteri I sebagai Ibunda Ayah SUHU & Bulik Kandung Nyai Faathimah II.
* Nyai Faathimah II, itu Bulik Kandungnya Ibunda SUHU.
[11/2 12.53] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Tempat tinggal SUHU mepet PAUD Al Birru, dibatasi Kalen Pembuangan Terakhir Air Hujan menuju Telaga Beron.
[11/2 12.53] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Rumah cat garasi warna hijau dg Teras Galvalum Tinggi hadap ke Timur berdampingan dg Kalen & PAUD di selatannya.
[11/2 12.54] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
MIN 2 Tuban.
Saat masih di bawah naungan langsung PP. Beron :
* Era Mbah Kakung bernama MHI (Madrasah Hidaayah Islaamiyyah).
* Saat dipimpin putera nya bernama Pakde Kiyai Soebaqiir Affandi bernama MHI, lalu MHI GUPPI karena darurat butuh dana operasional.
* Setelah berkembang pesat dari MHI Swasta & sangat kewalahan dana operasional & butuh pengembangan & penambahan gedung menjadi MIN 2 Tuban.
[11/2 12.55] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Masjid Taqwaa Beron Lama & Baru.
Nantinya pindah ke yg baru & yg lama ada rencana penggunaan tersendiri.
Yg bertanda panah hijau, hingga terlihat dedaunan Pohon Mlinjo Tersisa, itu Batas Tanah Wakaf Tepi Utara berhadapan dg PAUD Al Birru & TPQ.
[11/2 12.56] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Batas Tanah Wakaf Tepi Barat yg dibatasi Pengimaaman.
Timurnya persis, itu MIN 2 Tuban Tepi Barat.
[11/2 12.57] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Kalen pembuangan Air Hujan Muara Terakhir menuju ke Telaga Beron.
[11/2 12.58] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Dari Pintu Gerbang Masjid Taqwaa Beron menuju Utara ke Jalan Raya Pakah - Bojonegoro atau Pakah - Ponco - Bojonegoro dan Pakah - Ponco - Jatirogo atau Pakah - Ngerong - Jembatan Kare.
[11/2 12.59] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Tepi Barat Telaga Beron sampingnya Masjid Beteng Rowo, itu tempatnya :
* Bangkai Siluman Raksasa Wuling Putih Bernuansa Siluman yg sukses terpaksa dibunuh di Mbah Sunan Bejagung Lor karena merusak berat 50 ℅ Areal Sawah yg mayoritas milik Mbah Sunan Bejagung Lor menjadi yg dirawat dan digarap oleh Mbah Thoohaa Wa 'Iisaa (Thowiso) bin Mbah Sunan Bejagung Lor.
Saat Kolonial Belanda sukses kuasai Kadipaten Tuban di tengahnya dibuat Pagar Tembok Tinggi (Banon/ Beteng) agar Air Telaga tidak lompat melebar meluas ke Selatannya.
Ternyata 100 ℅ berubah menjadi Telaga Beron :
* Pemerintah Kolonial Hindia Belanda bikin tanggul & sodetan bikin Sungai hingga ke Prambon Wetan dst.
* Saat itu terhitung 200 tahun dari Mbah Sunan Bejagung Lor Mbah KH. Abu Madyani Ishaaq bin Mbah Muhammad Jono bin Mbah Demang Temayang, - Kerek - Tuban "Raden Abu Jono" bin Mbah Nyai Mursyad binti Mbah KH. 'Abdul Jabbaar, Nglirip-Jojogan dg Isteri II. Nyai Moyokerti binti Mbah KH. Sabiil Dadang Kusumo Adiningrat Anggrung, Kuncen - Padangan - Bojonegoro .
[11/2 13.02] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Mbah KH. Abu Madyani Ishaaq sebagai Pemenang Sayembara Bunuh Siluman Wuling Putih Raksasa dan dimakamkan bersanding dg Siluman Wuling Putih Raksasa Era Mbah Sunan Bejagung Lor dan mendapat Tanah Perdikan di Santren - Rengel.
[11/2 13.08] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
200 tahun kemudian, pada Juli Pekan ke 4 tahun 2013, SUHU resmi pulang kampung ke Beron dari SMAN 1 Kraksaan-Probolinggo tahun 1988 - 2013 (25 tahun) & mengajar di SMAN 1 Tuban tahun 2013 - 2020 (7 tahun).
* Selama 1 tahun SUHU dikeroyok Siluman Wuling Telaga Beron bersama Pasukan Jin Jahat PP. Beron, Makam Besar Selatan & Telaga Beron.
* Th. 2014 terpaksa Turun Gunung hadapi & Ceramahi & ambil Gencatan Senjata.
[11/2 13.10] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Jikalau Mereka melanggar perjanjian dg terpaksa akan SUHU Bantai Terlepas Menang atau Kalah.
* Tahun 2020 mutasi ke SMAN 1 Rengel karena Ibunda Gerah dan harus merawatnya.
* Ajukan Pensiun Dini & 1-7-2023 SK turun karena kewalahan merawat Ibunda yg rata2 malam hari hingga Shubuh, Ibunda Jaga gak bisa tidur & sebagai ASN siang malam dihabiskan utheg2 Laptop & Gadget HP dimintai Sembarang Dingah Aneh2 & Selebihnya Gak Logis namun mau tidak mau, wajib harus dilaksanakan.
* Seharusnya September 2025 baru Pensiun Normal.
* Ternyata Rabu, 14-10-2024 jam 22.00 WIB Ibunda Wafat.
* Sekiranya tetap bertahan menjadi ASN hingga Pensiun Normal, maka dipastikan :
* Sangat Menyesal Beraaatttddd.
* Berkepanjangan.
[11/2 13.11] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Nyuwun Agunging Pangapunten, lha kok sudah cerewet di Group Ini ... 💥👳♀️🙏⭐
[11/2 13.37] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Samping Masjid Beteng Rowo terdapat Makam 2 (Dua) Bangkai Siluman Wuling Putih Raksasa.
* Generasi Episode I. Era Mbah Bejagung Lor.
* Generasi Episode II. Era Mbah Abu Madyani Ishaaq & Kolonial Belanda kuasai Kadipaten Tuban ± 200 tahun kemudian.
* 200 tahun kemudian tahun 2013--2014 SUHU menjadi Santapan Hampir Setiap Hari & gak pernah balas.
* Balas gak dibalas kok sama saja, maka 2014 terpaksa Turun Gunung Tandangi Jelang Maghrib.
* Ambil undang semuanya & ceramahi sampek elek kiyyeeek tetapi sudah pasang kuda2.
* Mereka pilih Gencatan Senjata hingga detik ini.
* Jikalau dilanggar, terpaksa SUHU ambil Jalan SUHU Yg Binasa ataukah Mereka Yg Binasa dg jumlah sangat banyak.
* Mbah Sunan Bejagung Lor & Mbah Abu Madyani Ishaaq benar2 Orang 'Aalim 'Ulanaa & Berkemampuan Linuwih mampu lihat, masuk ke alamnya & membunuhnya.
* SUHU beda kelas jauh dg Mereka, kemampuan pas2an, gak bisa lihat apalagi masuk ke alamnya kecuali Mereka Tampakkan Diri, namun hanya mampu bertahan & hantam balik.
[11/2 13.56] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Kononya siapa saja yg masih Dzurriyyah dari Mbah Abu Madyani Ishaaq tidak boleh dekat2 ke Telaga Beron.
* Sementara itu, SUHU, Saudara2 SUHU & Ibunda mepet timurnya persis Telaga Beron.
* Waktu kecil hingga SMP biasa mandi di sekitar situ & mancing.
* Gegara diserang Mereka, SUHU penasaran, kok ikut diserang sampek elek kiyyeeek apa karena masih Dzurriyyah Mbah Abu Madyani Ishaaq lurus ?
* Hingga bertemu dg Paklik Haasyim Gowang Nguruan.
* Hasil kajian sementara, bukan Dzurriyyah Beliau.
* Tetapi SUHU & Beliau masih Dzurriyyah Sunan Bejagung Lor ketika ambil sebagian Jalur Silsilah & Versi yg ada ...
* Hingga lewat SUHU, akhirnya terungkap Dzurriyyah yakni SUHU ZAKARIYA AL ANSHORI bin SITI SYAFUROH binti Mbah 'Utsman bin Mbah Buyut Abu Thoolib Maibit bin Mbah Canggah Onggojoyo) Unggojoyo/ Ronggojoyo/ 'Abdur Rohmaan, Petinggi/ Lurah Nguruan-Suko bin Wareng Cocokrowo, Petinggi/ Lurah Sundulan bin Mbah Udheg2 Kicorowo, Demang Kayunan II bin Mbah Gantung Siwur Wiroguno Singomenggolo, Demang Kayunan I.
[11/2 14.01] Kak Ahmad Mushthofaa IBATH:
Dulu tahun 1980 an, kuburan ulingnya masih ada, berupa gundukan tanah diberi pagar pembatas, kayaknya sekarang sdh gak ada lagi
[11/2 14.04] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Bisa benar, bisa sebaliknya.
Pernah lewati lihat2 sekitar situ.
Namun gak tanya Penduduk Sekitar situ & belum pernah bertanya hingga saat ini.
[11/2 14.17] +62 853--:
Makane
Kulo boten kerso Moro teng beron.amargi wonten wasiat dugi embah madyani.nk Moro mrono iso2 nangekno si weling putih.mergo kuwe ijek getihe Mbah madyani😊🙏🏻
[11/2 14.24] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Panjenengan tutup rapet peeetttddd jiwo rogo Panjenengan kersonipun kecelek moto pitik ...
Kok kados Film Misteri Gunung Merapi :
Mak Lampir balas dendam dumateng Dzurriyyah Ki Ageng Prayoga.
* Sultan Agung
* Sembara
* Maryamah
* Farida
* Rayisman
* Kakek Jabat
* Mak Bayau
* Mardian
* Nyai Kembang
* Basir
* Lindu Aji
* Kiyai Jumantoro
* Grandong
* Dll.
[11/2 14.27] Kak Ahmad Mushthofaa IBATH:
Aku biyen saat SMPI Rengel habis olahraga di lapangan Bahagia kalau gak mandi di Ngerong ya di Sendang Beron. Alhamdulillah gak ada apa2....🙏
[11/2 14.50] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Mungkin takut andeng2e & sorot mata Panjenengan yg tajam tetapi teduh ...
Jadinya sungkan Mereka.
[11/2 14.57] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Telaga Beron terkenal angkernya.
* Banyak ular besar hidup di situ.
* Ular Telaga Beron termasuk pantangan bagi Pemburu Ular baik tangkap sendiri maupun beli dari Pemburu Lain karena dianggap bernuansa Siluman.
* Kadangkala menjelma Burung Telaga Beron berada di atas tanaman liar atas air. Begitu ditembak/diketepel, dicari gak ketemu dan tahu2 yg mencari hilang tenggelam.
* Munculnya Ikan Mata Besar Lebar BerApi. Yg dijumpai ketok2en dan merasa datang ke rumahnya. Jadinya ketakutan bangeeetttddd, tahu2 sakit & wafat.
* Dll.
[11/2 15.09] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Ini tidak guyon tetapi sungguhan menurut Versi SUHU.
Bisa benar, bisa salah.
Bisa gak salah, bisa gak benar.
[11/2 15.27] +62 853--:
Minongko eling LAN waspodo amergi sampon dipun weling dening poro wong tuwo.
😊
[11/2 16.06] Abinya Annafah Yai Ma'iin SR:
Saat aq di rumah temen beron pernah lihat ular putih lagi gelut serem pokoknya ,dan tak delok teruss sampai selesei🫢😀😀😀
[11/2 16.07] Abinya Annafah Yai Ma'iin SR:
Dan itu nyata aq lihat betul 🫢😀😀tapi tmpate di......
[11/2 16.13] +62 853--:
Tv😄
[11/2 16.17] Dalhar Abdul Haris IKBATH IKB'AJ:
Ada ganggeng ikan Bader yg berenang
[11/2 16.21] Dalhar Abdul Haris IKBATH IKB'AJ:
Dulu saya sering mandi di beron
Terus akhir akhirnya males
[11/2 16.21] Dalhar Abdul Haris IKBATH IKB'AJ:
Di sekitarnya ada penunggunya
[11/2 16.22] Dalhar Abdul Haris IKBATH IKB'AJ:
Semoga sekarang sudah bersih
[11/2 16.23] Dalhar Abdul Haris IKBATH IKB'AJ:
Sing nunggu mambu
[11/2 16.30] Abinya Annafah Yai Ma'iin SR:
😀😀😀cerdas
[11/2 16.30] Abinya Annafah Yai Ma'iin SR:
Sesekali humor ndan
[11/2 16.33] Abinya Annafah Yai Ma'iin SR:
Oh iya dulu ada wesi aji milik kluarga mbah abu tholib namine keris betik tsek mboten,dan untuk syeh suhu juga ada milik mbah mberon peninggalan berupa turon kayu cendana yg dari mbah qosim di kembalikan ke mbah yai sholihun mberon ,niko taseh npo mboten❓
[11/2 16.35] Abinya Annafah Yai Ma'iin SR:
Informasi saking abahe gus hisyam
Dan info yg turon saking pak e skaligus saat niku crita" kleh mbah makmur beron
[11/2 16.36] Abinya Annafah Yai Ma'iin SR:
Crita barang" antik alias klenik sinten ngertos....🫢
[11/2 16.37] Dalhar Abdul Haris IKBATH IKB'AJ:
Kulo namung nggadah crito penunggu Tlogo beron sing mambu
[11/2 16.37] Dalhar Abdul Haris IKBATH IKB'AJ:
😀😀
[11/2 17.21] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Kok mboten dipun- pisah ... Mesakaken tooo ... !
Ingkang terluka berat mestinipun mlebet Klenik Pengobatan.
[11/2 17.26] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Inggiiih leres katah *Gang Gang Hijau*.
Duko pinten jumlah gangnipun ... ?
Ulama Bader menawi mangap, miring & men the like puniko pas ngempet kepanasen kagoreng ing Wajan.
[11/2 17.26] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Ulama Bader --> Ulam Bader
[11/2 17.32] SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21:
Bongso Menungso & Bongso Lelembut soho Bongso Kasar Lintunipun ...
Kumpulan Misteri Telaga Beron :
Yang berhasil SUHU kumpulkan di antaranya :
Kisah Mbah Mberot & Isterinya.
Kisah Sumber Air Telaga Beron Sakmaron-Maron Besarnya
Kisah Sepak Terjamg Wuling Putih Siluman Raksasa & Penakluknya
Kisah Telaga Beron Yang Angker :
1. Ular Sowo Kembang & Ular Sowo Itik.
2. Para Jin Penghuni Telaga Beron & Pimpinannya.
3. Kisah Arena Kemah Pramuka Utara Telaga Beron Pindahkan Ke Areal Sendang Mainin Rengel Yang Relatif Jauh Lebih Aman Terkait Kejadian Nyata Hewan Buruan Burung Telaga Beron Jelmaan Jin Yang Telan Korban Nyawa Kakak Beradik Sekitar Tahun 1980.
4. Kisah Ikan Mata Bola Api Yang Terpancar Yang Sebabkan Ayah & Anak Wafat, Mati Ketakutan.
5. Kisah Mbah Sa'iid/ Mbah Syyahid Jarwetan/ Beron Wetan, PAKLIK Dari Mbah Rejo Sang Pendekar Pancing Cegok Ikan Gabus/ Ikan Tengil/ Ikan Kutuk/ Ikan Berjing Yang Jera 100 ℅ Pensiun Dini Dari Hobby Pancingnya Gegara Ular Besar Sempat Dijadikan Jalan Dikiranya Jembatan Alami Di Sawah Selatan Telaga Beron & Ternyata Ular Besar Seukuran Glugu/ Kelapa Besar Lewat Persis Di Hadapannya Masuk Ke Air Telaga Beron.
6. Kisah Orang-Orang Berbuat Musrik Menurut Ajaran Agama ISLAAM Terkait Danyang Telaga Beron.
7. Kisah Keterkaitan Telaga Beron Dengan Sumber Air Bektiharjo-Semanding-Tuban, Sumber Air Gua Ngerong, Sendang Maibit dan Sendang Pekuwon.
8. Kisah Ular Telaga Beron Yang Menjadi Pantangan Jual Beli.
9. Kisah Ada Bagian Dari Kedalaman Telaga Beron Yang Dalamnya Mencapai 60 Meter Berisikan Lumpur & Hipotesa SUHU Areal Telaga Beron Di Masa Purbakala Atau Setidaknya Di Era Penguasa Perdikan Tumenggung Eyang Raden Aryo Bangah, Tumenggung (kini Dusun Gunung, Desa Banjar agung, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuhan, Provinsi Jawa Timur yang masih Dzurriyyahnya Prabu Airlangga.
10. Kisah Eyang Raden Aryo Adhikoro Ronggolawe Adipati Tuban Era Mojopahit Awal Tahun 1293 & Eyang Kebo Anabrang, Di Mana Sang Kakaknya (Versi 1. Beda Ayah, Tunggal Ibu, Versi 2. Kakak Sepupu) Yang Punya Kebiasaan Kungkum/ Berlama-Lama Rendam Dirinya Di Telaga Beron Sebelum Eyang Aryo Adhikoro Ronggolawe betontak ke Mojopahit & Dampak Negatif Terhadap Keturunannya.
و الحمدللّه ربّ العالمين
صلّى اللّه على محمّد