HARTABUTA :
Sabtu, 16-8-2025.
Saya menemukan sebuah tulisan kakek, KHS. Abdullah Schal, rahimahullah wa nafa’ana bih—sewaktu bebongkar lemari kitab beliau beberapa tahun silam bersama Lajnah Turats Syaikhona Kholil, dan tertulis disitu sebuah syiir Jawa yang kian apik yang dinisbatkan kepada Syaikhona Muhammad Kholil. Berikut teks-nya:
*Allah, Allah yo Pengeranku...*
*Nabi Muhammad yo Nabiku*
*Kitab Qur’an yo Imamku...*
*Ka’batullah yo Qiblatku*
*Poro Sadah bendoro-ku...*
*Ahlussunnah Golongan-ku*
*Wal-Auliya’ kekasihku...*
*Was-Shalihun kumpulanku*
*Sopo-sopo kang niqadaken...*
*Iki ‘aqidah biso seken*
*Mongko cukup gawe bandane...*
*Ono ing dunyo lan wekasane*
Setelah itu, ada juga Syiir Jawa yang beliau nisbatkan kepada Kiai Abdullah bin Yasin Pasuruan [wafat 1951 M.]. Setelah berdiskusi dengan Kholili Kholil saya menduga Kiai Abdullah Schal [lahir 1935 M.] mendapat Syiir-an Syaikhona Kholil tersebut dari beliau, Kiai Abdullah bin Yasin, sebab beliau memberi catatan terhadap syiir Syaikhona dengan syiir pula, berbunyi:
*Wus ngendiko ingkang tinutur...*
*Kiai Kholil wali kang masyhur*
*‘Alaihir rahmatu war-ridlwān...*
*Wa-nfa’ bihil kulla Yā Rahmān*
Andai syi’ir-syi’ir ini bisa dilagukan di setiap acara-acara sholawatan, atau pujian-pujian di musholla-musholla, dengan nada yang enak, misal seperti Sholatullah Salamullah, pasti bagus.
Kemudian, kakek saya menambahkan di urutan paling bawah, sebuah syiiran berbentuk doa penyempurna yang dinisbatkan kepada beliau sendiri, dengan judul: “Puniko syiiran-e [kalau yang diatas, menggunakan redaksi syiiran-ipun] Kiai Abdullah Schal Bangkalan, hafidzohullah wa ‘afahu”.
Uniknya, di awal beliau seakan tawadlu’, tapi saat menyebut nama, beliau memasang gelar Kiai. 😃
Dan ini tidak masalah. Menurut saya, beliau sedang meniru kakeknya, Syaikhona Kholil, yang sering menyematkan gelar Kiai kepada dirinya sendiri dalam beberapa surat-surat atau tulisan beliau. Ada yang tertulis: “Ki Halil”, ada yang tertulis: “Keae M. Halil Demangan”, dll.
﴿قالَ اجعَلنى عَلىٰ خَزائِنِ الأَرضِ إِنّى حَفيظٌ عَليمٌ﴾ [يوسف:55]
Meskipun di tulisan-tulisan lain beliau, begitupula Syaikhona Kholil, juga sangat sering tidak menyebut ke-kiaiannya, bahkan menghapus, dan menyematkan gelar al-faqīr adz-dzalīl, al-‘abd adz-dzalīl. Kembali ke syiir, ini redaksinya:
Wus ngendiko ingkang tinutur ~
Kiai Kholil wali kang masyhur.
Mugi-mugi Pengerane ~
Paring sholāt[1] teng selerane.
Ilmune lan barokahe ~
Mugi sedoyo sami angsale.
Di-akoni dados santrine ~
Kempal panggenan wonten suwargane.
Āmīn, āmīn, yā Allah āmīn ~
Āmīn, āmīn, yā Allah āmīn.
Āmīn, āmīn, yā Allah āmīn ~
Āmīn, yā rabbal ‘ālamīn.
Nb:
[1]
Sholat/sholawat maksudnya rahmat khusus, yang biasa disematkan ke Kanjeng Nabi atau para Nabi. Para ulama khilāf tentang penyebutan doa sholāt kepada selain Kanjeng Nabi diluar konteks taba’iyyah. Jumhūr melarang, dan menurut Imam Nawawi: makruh tanzih, takut jadi syi’ar—kata Imam Ibn Katsir.
Kecuali, jika yang dimaksud oleh Kiai Abdullah Schal pada kalimat “selerane” dalam bait tersebut adalah: selerane (Hadirat) kanjeng Nabi, para sadah, para wali, para solihin, lalu Syaikhona Kholil, beserta Kiai Abdullah bin Yasin, yakni orang-orang yang ada dalam manuskrip tersebut, maka ini termasuk kategori sholawat yang diperbolehkan, sebab taba’iyah. Cuma sepertinya kurang enak.
Maka saya—Lora Muhammad Ismail Al-Ascholy (penyematan Lora setengah meniru beliau dan Syaikhona Kholil yang menggelari diri mereka dengan sebutan Kiai🤣) berpendapat menanggapi syiir kakek saya ini dengan seluruh hormat dan kecintaan: “sebaiknya kalimat sholāt pada bait tersebut dirubah menjadi: ‘rahmat’, supaya enak”.
Semoga kita mendapatkan barokah dari beliau-beliau, aminn
Kajian Singkat :
*Poro Sadah bendoro-ku...*
*Ahlussunnah Golongan-ku*
1. Poro Sadah bendoro-ku (Para, Sawah Majikanku).
- Sadah di sini yang dimaksud lebih tepat kepada Para Sayyid Sayyidah, Syariif Syariifah.
- Imaam Maalik, Imaam Syaafi'ii & Imaam Hambali masih Pendiri Madzhab tergolong Sadah yg 'Aalim & BerAchlaaqul Kariimah.
- Para 'Aalim 'Ulamaa" justeru mayoritas dari Kelompok tsb.
- Sadah di sini bukanlah ditujukan kepada Para Sadah Ba'Alawyy apalagi Mereka yang Achlaaqnya Jelek, Kasar, Arogan, Petentang-Petenteng Ajak Berantem & Perang, Gedabrus Pethakilan, Akuisasi Nasab Kepada Nabil Kita, Tebarkan Doktrin Sesat Menyesatkan & Merongrong Negara.
- Secara Universal pilih Ahluh Sunnah, tidak pilih Syii'ah atau Kelompok Besar Lainnya.
- Secara chushuush itu Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah Gaya NU Era KH. Haasyim Asy'aryy & bukanlah NU Gaya Masa Kini yang sebagian sudah campur aduk yang diselisihi Generasi NU Awal.
- Itu Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah Gaya Muhammadiyyah Era KH. Ahmad Dahlan yang memang Gaya Fiqihnya sama persis dengan Gaya NU.
- Itu bukanlah Ahlu Sunnah Gaya Wahhaabyy Salafyy, Muhammadiyyah Saat Ini, PERSIS, Al Irsyaad dan sejenisnya.
و الحمد للّه ربّ العالمين
صلّى اللّه على محمّد
0 Comments:
Post a Comment