Hidangan Mata

Keterangan: Silahkan ganti tulisan berwarna merah dengan Url alamat blog anda. Pengaturan di atas berfungsi layaknya widget Recent Posts. Jika ingin menampilkan artikel-artikel berdasarkan label tertentu, anda bisa ganti kode false (ditandai warna hijau) dengan label (kategori) pilihan di blog anda. Contoh: tagName:"Kesehatan" 10000 (warna biru) untuk kecepatan pergerakan slider. Anda bisa merubahnya agar lebih cepat atau lebih lambat. Misal ganti menjadi 8000 agar lebih cepat atau 12000 agar lebih lambat, dst. 5. Jika sudah diatur semuanya, silahkan simpan dan lihat hasilnya. Kalau anda menghendaki agar tampilan slider ini hanya muncul di tampilan beranda (home) blog saja, silahkan baca postingan saya berikut ini: Cara Menyembunyikan atau Memunculkan Widget Hanya pada Tampilan Beranda Blog. Demikian. Semoga bermanfaat. Labels: Blogging Thanks for reading Cara Mudah Membuat Slider (Slide Show) Keren di Blog, Cukup Satu Langkah. Please share...!

Wednesday 4 November 2020

Walii Paidi-Bagian 18


WALI PAIDI DATANG KE MALANG MENCARI SOLUSI GHAIB

Wali Paidi tidak tahu apa yang dialaminya saat ini. Dia sering mendengar benda-benda yang berada di sekitarnya berdzikir. Mulai sapu lidi yang biasa 

dipergunakan, sandal para santri yang ditatanya, semuanya berdzikir. Sampai suatu pagi, Wali Paidi dipanggil mbah Romo Kyai, dan seperti biasanya, beliau menemuinya di teras ndalem, didampingi kopi plus rokok kretek kesayangannya.

"Nak, apa yang kamu alami itu hal yang wajar saja, kamu jangan risau. 

Setiap orang yang belajar membersihkan hati dan mengajaknya untuk berdzikir setiap saat, maka akan mengalami seperti apa yang kamu alami sekarang ini. 

Bahkan mendengar lolongan anjing pun akan terdengar seperti suara orang yang berdzikir. Itu semua pantulan dari hatimu. Kamu pasti ingat dengan hadist yang menceritakan ketika Nabi mendengar kerikil yang dipegangnya itu, terdengar nyaring sedang berdzikir," kata mbah Romo Kyai. "Inggih, Kyai"."Besok kamu berangkatlah ke Malang, berziarahlah ke makam Habib Abdullah Bilfaqih dan ayahnya, Habib Abdul Qadir Bilfaqih. Tapi sebelum kamu duduk, bacalah salam ini," Romo Kyai menyerahkan secarik kertas kecil kepada Wali Paidi. Diterima dengan penuh takdzim, tanpa bertanya doa itu bid'ah, sesuai sunnah atau tidak. 

Pokoknya dia terima. Husnudzan pAling utama. "Bacalah!" perintah Romo kyai."Salamullahi, ya saadah…..dan seterusnya," Wali Paidi langsung 

membacanya melagukan salam tersebut dalam syiir khas pesantren, yang biasa disebut Bahar Thowil dalam Ilmu Aridl (gubahan syiir Arab)."Salam itu memang sudah umum, dan di setiap makam Wali, banyak tergantung ucapan salam itu. 

Andai nanti ketika kamu sudah sampai di makam Habib, dan Habib tidak berada di makam, maka ketika Habib mendengar ucapan salammu itu, insya Allah Habib akan kembali pulang ke makamnya dan menemui kamu," jelas Romo Kyai.

"Inggih Kyai," sekali lagi Wali Paidi mengiyakan, tunduk, patuh. "Kamu naik sepeda motor si Sofyan saja!" Sofyan adalah putra Romo Kyai. Besoknya, Wali

Paidi berangkat ke Malang, ke pemakaman umum Kasin. Romo Kyai mengatakan kalau makam Habib Abdullah dan Habib Abdul Qadir berada di pemakaman umum Kasin. Hanya itu petunjuk yang diberikan. Sementara, Wali Paidi tidak tahu di mana daerah Kasin itu. Wali Paidi tidak berani bertanya lebih jelas pada Romo Kyai karena menjaga tata krama. Wali Paidi manut dan berusaha melaksanakan perintah Romo Kyai tanpa banyak bertanya dan protes.

Sesampainya di Malang, Wali Paidi langsung menuju alun-alun Kota Malang. 

Setelah memarkirkan sepeda, Wali Paidi clingak-clinguk mencari tukang parkir. 

Alhamdulillah, tidak lama kemudian ada tukang parkir yang menghampirinya.

Setelah mendapat penjelasan dari tukang parkir tersebut soal makam Habib, 

Wali Paidi langsung berangkat ke daerah Kasin, sesuai petunjuk yang diterima. 

Kira-kira sepuluh menitan. Wali Paidi sudah berada di daerah Kasin. "Sekarang 

tinggal mencari di mana letak pemakaman umum Kasin," bathin Wali Paidi. Wali

Paidi bertanya kepada orang-orang yang ditemuninya. Menurut keterangan, 

pemakaman umum Kasin ternyata ada dua. Biar jelas jawaban, ia menerangkan 

kalau berniat ziarah ke makam Habib Abdullah Bilfaqih dan Abahnya, Habib

Abdul Qadir Bilfaqih.Setelah mendapat petunjuk yang jelas mengenai arah ke 

makam, Wali Paidi melanjutkan perjalanan. Namun Wali Paidi tetap tidak dapat 

menemukan makam tersebut. Ada saja orang yang menunjukkan arah yang 

salah meski letak makam sudah dekat sekali. Jadinya, ia muter-muter saja di 

wilayah Kasin hingga setengah jam lebih. Akibatnya, Wali Paidi kecapaian. Dia 

menghentikan sepeda motornya di tepi jalan. Turun dari sepeda, sejurus 

kemudian Wali Paidi mengeluarkan rokok dan menyalakannya. Di tengah-tengah 

merokok itu, Wali Paidi mulai tawasulan, dalam hati, ia berdoa dan berucap 

begini, "Mbah Habib Abdul Qadir, mbah Habib Abdullah, saya mau ke makam 

panjenengan, tolong tunjukkan di mana makam panjenengan". Mantap betul, 

Wali Paidi mulai naik sepeda motornya dan melanjutkan perjalanan. Ia hanya 

mengikuti apa kata hatinya. Kira-kira baru berjalan 50 meter, Wali Paidi mencium bau harum semerbak,"Alhamdulillah makam mbah Habib sudah dekat," batinnya.

Wali Paidi mengikuti bau harum yang diciumnya itu, dan tidak begitu lama 

akhirnya Wali Paidi sudah berada di depan makam umum Kasin. Ia Masuk 

makam, berputar dari gerbang samping. Tampak di tengah makam itu ada 

bangunan kecil yang atasnya ada kubah hijau. Di bawah kubah inilah makam 

Habib Abdul Qadir Bilfaqih dan putranya, Habib Abdullah Bilfaqih.

Ketika berada tepat di depan makam yang ada pagar stainlessnya, Wali Paidi

membaca salam yang dicatatkan oleh Romo Kyainya tadi, "Salaamullahi ya 

saadah minarrohmani yaghsyakum…." Baru satu bait dibaca, hawa di sekitar 

Wali Paidi terasa sudah lain dari yang tadi. Saking terkejutnya, Wali Paidi sampai 

terdiam sebentar, lalu dia melanjutkan membaca syiir Salam itu sampai selesai. 

Ia menunduk penuh ta’dzim. Wali Paidi merasa ada dua sosok agung yang 

mengawasinya dari dalam. Setelah selesai membaca syiir Salam, Wali Paidi

beranjak ke dekat makam dan duduk, memulai membaca tahlil. Baru saja Wali

Paidi duduk, tiba-tiba ada suara bedug yang ditabuh, dum…..diiringi hawa yang 

menerpa tubuh Wali Paidi. Ketika hawa itu menerpa tubuhnya, seluruh tubuh 

Wali Paidi serentak berdzikir… Allah…Allah…Allah….Wali Paidi membaca tahlil 

diiringi dengan suara bedug dum….Allah…Allah…Allah / dum ….Allah …Allah…

Allah… ketika hawa itumenerpa Wali Paidi, serentak seluruh tubuhnya 

berdzikir……

Wali Paidi menyelesaikan pembacaan tahlilnya tepat adzan Maghrib

berkumandang. Ia berjalan mundur ketika keluar dari makam dan langsung 

menaiki sepedanya mencari Masjid terdekat. Wali Paidi mengikuti adzan yang 

didengarnya berniat shalat. Tapi semakin mendekat, suara adzannya justru kian 

menjauh. Akhirnya, Wali Paidi memutuskan untuk putar bAlik mencari Masjid 

yang lain. Wali Paidi merasa Masjid yang dituju tidak mau menerimanya. Wali

Paidi menyusuri jalan ke arah alun-alun Kota Malang. Dia berjalan pelan, bersiap 

kalau ada Masjid yang dilaluinya berharap akan berhenti. Ketika Wali Paidi

berada di depan rumah makan Cairo (resto menu Timur Tengah), hatinya 

menyuruh belok kiri.etelah berjalan 20 meteran, Wali Paidi melihat ada Masjid di 

sebelah kiri jalan, Masjid tersebut posisinya agak Masuk ke dalam. Dia 

meMasukkan sepedanya dan parkir di halaman Masjid itu. Terlihat sebagian 

jamaah sudah keluar dari Masjid karena sholat Maghrib sudah selesai. Wali Paidi

melangkah Masuk mencari kamar kecil, lalu keluarlah seorang yang kulitnya 

agak hitam dan berambut agak gondrong dari dalam Masjid, yang seakan 

menyambutnya, "melihat dari sarungnya yang ngelinting dan baju kokonya yang 

putih lusuh serta mangkak mburik, mungkin orang ini tukang becak," gumamnya.

Wali Paidi kaget (dia sering kagetan memang), ketika bertanya padanya di mana 

letak kamar kecil itu, wajah orang tersebut terlihat jelas mirip wajah Arab habaib. 

Sorot mata dan wajahnya sangat tajam. Ke kamar kecil, kencing Wali Paidi mobat 

mabit tidak tenang. Dia merasa berdosa karena mengira Habib tersebut sebagai 

adalah tukang becak yak nah. Habis dari kamar kecil, dia berniat meminta maaf 

kepadanya. Anehnya, ketika Wali Paidi selesai berwudlu dan mau Masuk ke Masjid, 

Habib yang dimaksud sudah tidak ada. Disusul ke parkiran, tidak ada, ke dalam 

Masjid, juga tidak ada. Wali Paidi merasa menyesal karena gampang berburuk 

sangka kepada orang lain, gampang menilai seseorang dari tampilan luarnya 

saja. Wali Paidi tidak tenang ketika melaksanakan sholat Maghrib. Dalam 

shalatnya, dia meminta kepada Allah untuk dipertemukan dengan Habib

tersebut. Mengakhiri sholat, mengucapkan salam, menoleh ke kiri, ajibnya, Habib

yang dicarinya sudah berdiri di samping. Ya Allah, ini siapa sebetulnya?

Wali Paidi berniat mendekat, mau mencium tangannya, tapi Habib muda tersebut 

langsung lari ke luar Masjid menuju jalan raya terus, hilang entah kemana.

"Subhanallah, ternyata di Kota Malang yang hiruk pikuk dunia ini Masih ada 

kekasih Allah yang berseliweran, seharusnya aku tadi minta kepada Allah tidak 

hanya bertemu, tapi juga minta bisa diberi kesempatan untuk mencium 

tangannya," gumamnya. Setelah berdzikir sebentar, datanglah seorang pemuda 

pengurus Masjid mendekatinya sambil memberi secangkir teh jahe kepadanya, 

dan Wali Paidi melihat banyak Habib-Habib sepuh mulai berdatangan meMasuki 

Masjid. Rupanya, sehabis Maghrib di Masjid ini, diadakan rutinan membaca 

Raatibul Haddad.Wali Paidi berniat untuk keluar karena merasa tidak pantas 

mengikuti acara tersebut. Bagaimana tidak, yang datang semuanya berjubah, 

sedang dirinya bercelana jeans dan berkaos oblong hitam dengan gambar Gus 

Dur sedang tertawa lebar. Hahaha.Ketika Wali Paidi berdiri, dia mendengar 

suara tanpa wujud yang berkata kepadanya (hatif), "kamu mau pergi ke mana, 

apakah kamu tidak malu menolak undangan Nabi Muhammad?"

Wali Paidi duduk kembali, mengurungkan niatnya untuk keluar Masjid. Dia mengikuti pembacaan Raatibul Haddad sampai selesai. Wali Paidi merasa malu sekali kepada Habib-Habib sepuh yang hadir di majelis, terutama kepada Nabi 

Muhammad yang mengundangnya.Lalu, siapa Habib yang keluar dari Masjid tadi? Wali Paidi Masih bertanya-tanya? Jangan-jangan memang tukang becak betulan?


.. BERSAMBUNG...


#KangZubat


Repost by :

#BalayudhaIslamNusantara 


Facebook:

https://m.facebook.com/PunggawaBIN/?ref=m_notif&notif_t=page_user_activity


Instagram:

https://www.instagram.com/p/B9EcWa7gIlJ/?igshid=1y29xo12szfdp


Twitter:

https://twitter.com/BalayudhaIslam?s=08


#DewanKomandoNasional 

#BalayudhaIslamNusantara

#PPbalayudhaSantriNUsantara

0 Comments:

Post a Comment